Rabu, 26 Januari 2011

22 CARA MENGAJAR KAN DISIPLIN PADA ANAK

Mengajarkan disiplin pada anak adalah sesuatu yang gampang-gampang susah. Namun, jika Anda tahu kiatnya, sebetulnya ini bisa dilakukan dengan nyaman kok, tanpa harus mengusung kekerasan.

Banyak orang tua yang mengeluhkan perilaku anaknya yang tidak disiplin. Mereka juga mengeluh sudah putus asa menghadapi "kenakalan" anak. Akibatnya, mereka seringkali menggunakan paksaan agar anak mau berdisiplin. Tentu saja, cara ini sebaiknya dihindarkan karena dapat berdampak buruk pada anak.

Yang harus diingat, disiplin tidak hanya melakukan koreksi pada tingkah laku anak semata, melainkan juga mengajarkan anak untuk bisa mengontrol diri dan peduli akan lingkungannya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi orang yang berhasil di kemudian hari.Nah, di bawah ini ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk membantu anak-anak menjadi pribadi yang berdisiplin.

1. TEGAS
Jika Anda melarang anak untuk tidak melakukan sesuatu, berikan alasan yang masuk akal. Jelaskan dengan cara yang gamblang dan bimbinglah anak. Anak zaman sekarang pasti tidak akan mau menerima alasan seperti, "Jangan makan di depan pintu, pamali!" Beritahu alasannya kenapa dia tidak boleh makan sambil berdiri di depan pintu.

2. BUATLAH KESEPAKATAN
Anak akan meniru apa yang orang dewasa lakukan, begitu juga jika Anda dan pasangan bertindak plin-plan terhadap satu keputusan. Misalnya Anda tidak setuju dia melompat-lompat di tempat tidur, sementara pasangan membiarkan hal itu. Ini hanya akan membuat anak bingung dan berakibat mengabaikan larangan Anda. Buatlah kesepakatan dengan suami atas setiap keputusan agar anak pn dapat mudah bersikap.

3. KOMPROMI
Anak-anak tidak selalu bisa mengatasi dan membedakan mana persoalan besar dan mana persoalan kecil. Jadi, berkompromi dan cobalah untuk mengerti mereka. Tindakan kompromi ini akan membuat anak merasa diawasi dan membuatnya menjadi lebih mudah menghadapi persoalan yang lebih besar lagi di kemudian hari. Misalnya, jika dia lalai menengok kiri-kanan saat akan menyeberang jalan, lain kali tidak akan begitu lagi.

4. NYATAKAN KEBERATAN DENGAN JELAS
Akan lebih baik jika Anda menyatakan keberatan pada tingkah anak dengan alasan yang jelas, seperti, "Berhentilah melempar-lempar mainanmu, nanti rusak, Sayang," daripada berteriak, "Hei, jangan dilempar-lempar!"

5. BERI ANAK PILIHAN
Ahli menyarankan, jika anak mengobrak-abrik buku dari lemari yang ada di ruang keluarga, Anda dapat mengatakan, "Maukah kamu berhenti 'bermain' buku dan membaca saja di kamarmu?" Jika dia tidak mempedulikan pekataan Anda, dengan cara lem-but namun tegas, Anda dapat membimbingnya ke kamar dan mengatakan bahwa dia dapat kembali ke ruang keluarga jika mau mendengarkan kata-kata Anda.

6. BERI PERINGATAN
Jika anak tahu aturan yang telah Anda buat -- pada usia anak tertentu -- yang perlu Anda lakukan hanyalah bertanya pada saat dia melakukan pelanggaran. Dia akan langsung merasa segan pada Anda, karena konsekuensi/sanksi yang harus diterimanya segera setelah ,ia membuat pelanggaran. Jika Anda terbiasa membuat batasan peringatan hingga hitungan 5, kurangi pada hitungan ke-3, sehingga anak akan belajar untuk segera bersikap setelah Anda memberi peringatan.

7. BERI TAHU DAMPAK BURUK DARI TINDAKANNYA
Jangan lupa, jelaskan dengan jelas dan sederhana, apa yang akan Anda lakukan dan kenapa. Misalnya, "Mama simpan pisaunya ya, nanti bisa melukai tanganmu!", atau "Mama minta kamu jangan main air, nanti lantainya jadi licin dan bisa bikin orang jatuh."

8. JANGAN TUNDA HUKUMAN
Jika Anda ingin menghukum anak karena tidak disiplin, hukumlah segera setelah Anda menemukan ketidakdisipinannya. Jangan menunda hukuman, karena anak tidak akan mau menerima hukuman beruntun atau mengulangi kesalahan. Berilah hukuman yang mendidik, seperti menyapu, merapikan tempat tidur atau membersihkan kamar mandi.

9. PERPENDEK MASA HUKUMAN
Setelah anak Anda menjalankan, kembalilah pada kegiatan masing-masing. Jangan diungkit-ungkit lagi kesalahan yang ia perbuat dan yakinkan dia sudah jera untuk mengulanginya.

10. TETAP TENANG
Marah sambil berteriak, membentak, menceramahi anak tanpa henti, akan membuat Anda menjadi orang yang melakukan tindak kekerasan verbal pada anak, dan ini justru akan merusak penghargaan anak pada Anda. Tetap tenanglah sekalip pun anak melakukan tindakan yang membuat Anda naik darah.
11. DUDUK SAAT BERBICARA
Ketika Anda berbicara dengan anak, terutama saat memberi kritikan, bertekuk lututlah atau sambil duduk, agar pandangan mata Anda sejajar dengan mata anak. Tak perlu merasa kehilangan respek dengan sikap seperti ini, malah sebaliknya, dia akan semakin menghormati dan menghargai Anda.

12. JANGAN BERCERAMAH
Ajak anak berdiskusi ketimbang menceramahinya panjang-lebar. Gulirkan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Bebrohong itu baik tidak, ya untuk anak-anak?" atau "Apakah kamu suka jika ada orang mengganggu kamu di sekolah?" Cara ini, selain membuat anak lebih disipin, juga akan membiasakan anak untuk menyelesaikan persoalan dengan diskusi.

13. KRITIKLAH SIKAPNYA, BUKAN DIRINYA
Meski tampaknya tidak bernada keras, kalimat seperti, "Sudah berkali-kali Mama bilang ..." atau "Setiap saat kamu kok ...," tetap memberi kesan pada anak bahwa dia seolah ditakdirkan untuk selalu mengecewakan Anda, apa pun yang dia perbuat. Jadi, kritiklah perbuatan atau sikapnya, bukan pribadinya. Misalnya, "Mama tidak suka kamu berbohong."

14. TUNJUKKAN SIKAP POSITIF
Banyak orang tua yang menghabiskan waktu dengan mengritik sikap buruk anak, sementara untuk memberi pujian atas sikap positif anak sepertinya mereka kekurangan waktu. Sesekali Anda perlu mengucapkan kalimat-kaimat pujian, seperti, "Mama senang kamu mau membereskan mainanmu dan menyimpannya di tempat semula."

15. BERMAINLAH BERSAMANYA
Buatlah permainan semacam "siapa cepat dia dapat" untuk mengajarkan suatu disiplin tertentu. Permainan ini akan melatih anak segera bertindak cepat setelah ada aba-aba. Misalnya, berlomba membereskan mainan.

16. MEMAKLUMI KONDISI ANAK
Jangan teralu royal dalam menerapkan disiplin pada anak. Cobalah memaklumi hal-hal yang dapat memicu anak kesal dan jengkel, terutama di saat dia kelelahan, lapar, atau saat dia sakit. Minimalisasi hal-hal tersebut untuk mengurangi kejengkelan anak. Misalnya, jangan meminta anak untuk segera membereskan kamar saat dia sakit atau sepulang sekolah.

17. JANGAN SEKALI-SEKALI MEMUKUL
Hal itu akan berpengaruh buruk bagi anak, juga Anda. Anak yang pernah ditampar orang tuanya akan merasa menderita. Ini juga akan mengajarkan pada anak untuk menyelesaikan persoalan dengan cara kekerasan.

18. JANGAN MENGGUNCANG TUBUHNYA
Seringkali, saking jengkelnya, orang tua mengguncang-guncang tubuh anak. Sepertinya tindakan ini tidak begitu keras, jika dibandingkan menampar. Namun, dampak buruknya hampir sama saja. Apalagi jika Anda mengguncang anak yang masih kecil. Bisa-bisa malah berakibat fatal karena akan membuat kerusakan pada otak anak.

19. JANGAN MENYUAP
Jangan membiasakan memberi uang pada anak saat Anda memintanya untuk mengerjakan atau melarang sesuatu. Akibat kebiasaan ini adalah, anak tidak akan mau mengerjakan atau menghindari sesuatu jika belum diberi uang.

20. BERSIKAPLAH SEBAGAI ORANG DEWASA
Bersenda-gurau dengan cara menggigit atau menarik-narik rambut anak untuk menunjukkan rasa sayang sepertinya sesuatu yang wajar. Padahal, cara ini salah. Sebaiknya, bersikaplah sewajarnya, seperti menggenggam tangannya, memeluk, atau memberi ciuman.

21. HADAPI RENGEKAN
Katakan pada anak untuk tidak merengek saat meminta sesuatu, dan tegaskan bahwa Anda tidak akan mengabulkan permintaannya jika ia merengek, kecuali jika dia meminta dengan sikap yang manis dan sopan.

22. PERLIHATKAN CONTOH YANG BAIK
Anak adalah makluk yang belajar dengan cara meniru. Jadi, jika suatu waktu anak melihat Anda berdebat dengan suami tanpa menggunakan kekerasan, dia pun akan meniru sikap baik Anda itu. Tapi sebaliknya, jika Anda dan suami berdebat dengan cara yang kasar, anak pun akan meniru sikap tersebut.

Yang terpenting dari ke-22 cara di atas adalah Anda harus mengerti kondisi anak. Berusaha untuk membuatnya menjadi lebih disiplin tanpa memahami bagaimana dan apa yang dia lakukan, sama halnya seperti menuangkan sirup ke dalam botol tertutup. Percuma saja dan hanya akan memperburuk keadaan di kemudian hari.

Hubungan dan komunikasi yang baik sangat perlu. Yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini segera adalah Anda hanya perlu bertanya pada anak, apa yang terjadi dan mengapa dia berbuat seperti itu. Pada beberapa kasus, anak akan mengatakan masalahnya pada orang tua. Namun, jika dia tidak mau berterus-terang dan Anda tidak mempunyai cara lain untuk bertindak, berpikirlah positif. Itu jauh lebih baik dan akan menghindarkan Anda menjadi orang tua yang otoriter

Sumber : dari sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentsr disini